Pages

Saturday, August 21, 2010

Mengenal Struktur Dramatis

Dalam menulis naskah film, kita perlu memperhatikan struktur dramatis dari cerita yang dibangun. Karena tujuan suatu naskah itu adalah menyampaikan pesan, maka cerita yang dibuat harus menarik. Tapi membuat cerita menarik saja tidak cukup, kita harus menempatkan bagian-bagian inti dari setiap cerita dengan tepat. Dengan kata lain, kita harus bisa men-dramatisir alur-alur dari cerita yang dibangun, agar audience nantinya tak merasa bosan saat melihat cerita tersebut.
Pada umumnya, hampir semua cerita yang sering dijumpai entah itu cerita untuk naskah film, cerita pendek, novel atau cerita jenis apapun mengacu pada satu gaya penulisan alur cerita yang terstruktur. Yang dimana pada struktur tersebut terbagi 3 bagian, atau 3 babak yaitu :
  1. Babak 1 yang biasanya berisikan mengenai pengenalan (Introducing atau Exposition) para tokoh karakter, set atau latar dan suasana atau kejadian. Inti dari babak pertama ini yaitu memperkenalkan segala sesuatu yang menurut penulis cerita wajib dipahami oleh audience, agar pada babak kedua nantinya audience paham mengenai kejadian yang sedang diceritakan.
  2. Babak 2 berisikan mengenai puncak krisis atau klimaks, namun sebelum menuju babak 2 ini penulis memberikan alur yang berisikan peningkatan krisis atau konflik yang disisipkan antara babak 1 dan babak 2. Dengan demikian, pada babak 2 penulis memberikan gambaran mengenai klimaks dari konflik yang diceritakan. Kebanyakan, pada bagian klimaks ini tokoh protagonis mengalami masa-masa tersulit (down) dan tokoh antagonis sedang berada pada puncak keemasannya. Namun setelah bagian klimaks ini, seorang penulis harus membuat alur menuju babak selanjutnya.
  3. Babak 3 yang merupakan babak akhir, berisikan mengenai solusi atau pemecahan konflik. Sehingga pada bagian klimaks tadi si tokoh protagonis bisa membalikkan keadaan. Diantara babak 2 dan babak 3, biasanya ditemui penurunan krisis, ketegangan atau konflik. Namun pada bagian tersebut biasanya penulis membuat satu alur agar si tokoh protagonis bisa membalikan keadaan. Nah, membuat alur seperti itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Terkadang seorang penulis harus mengambil resiko. Seperti yang dikatakan Rowan Atkinson (Mr. Bean) "Dalam membuat sebuah cerita, kita harus berani mengambil resiko". Dan pada babak akhir ini, tak selamanya atau tak seharusnya si tokoh protagonis berhasil. Terkadang dalam beberapa cerita, pada babak akhir tokoh antagonis tetap bertahan (menang).
Untuk lebih jelasnya, lihatlah gambar dibawah ini.

1 comment: